Ketua Komisi III DPRD Konut Soroti Dampak Penambangan PT SCM terhadap Lingkungan dan Banjir
Deliksultra.com, Konut – Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe Utara (Konut), Samir menanggapi pernyataan Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ridwan Bae, yang sebelumnya menyebut keberadaan perusahaan tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dan perkebunan sawit sebagai salah satu penyebab banjir di wilayah Sambandete, Kecamatan Oheo.
Dalam siaran persnya, Samir menyoroti secara khusus aktivitas PT SCM yang dinilainya telah memberikan dampak serius terhadap lingkungan, khususnya di kawasan aliran Sungai Lalindu.
Menurutnya, limbah dari kegiatan penambangan nikel PT SCM mengalir ke sungai tersebut, menyebabkan pendangkalan, pencemaran air, serta kerusakan ekosistem yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
“Hari ini saya ingin menyampaikan sikap tegas terhadap PT SCM. Saya ini orang Wiwirano. Dahulu, masyarakat termasuk orang tua kami mencari ikan di Sungai Lalindu yang airnya jernih dan ikannya melimpah. Kini, airnya berubah menjadi lumpur merah dan tidak ada lagi ikan yang bisa ditangkap. Mata pencaharian masyarakat hilang,” ujar Samir, Senin (14/4/2025).
Ketua DPC Partai Hanura Konut ini juga mengungkapkan bahwa aktivitas tambang telah menjadi faktor utama pendangkalan Sungai Lalindu yang menghubungkan wilayah Oheo hingga Walsolo.
Kondisi ini, lanjutnya, memperparah risiko banjir yang mengancam keselamatan warga dan infrastruktur, termasuk jembatan penghubung antar desa di Padalere Utama yang kerap tenggelam hanya dalam waktu satu jam hujan deras.
“Dampaknya sangat nyata. Setiap hujan deras, jembatan penghubung desa langsung terendam. Masyarakat terisolasi dan situasi ini berpotensi menimbulkan korban jiwa,” tegasnya.
Selain itu, Samir juga mengkhawatirkan kerusakan destinasi wisata di Kecamatan Wiwirano dan sekitarnya, seperti Wisata Molora, akibat pencemaran aliran sungai yang terus memburuk.
“Saya orang Lamonae, dan saya merasakan langsung dampaknya. Aktivitas produksi PT SCM terus meningkat, tapi masyarakat justru semakin menderita. Perusahaan harus bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi,” tambahnya.
Anggota DPRD empat periode yang juga membidangi persoalan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) ini menegaskan bahwa saat ini curah hujan singkat saja sudah cukup menyebabkan banjir besar di Konawe Utara. Air sungai berubah warna menjadi merah akibat bercampur lumpur dari aktivitas tambang, termasuk PT SCM.
“Semakin hari kondisinya makin parah. Air cepat meluap hingga menutupi jalan di Sambandete. Semua ini saling berkaitan. Jika tidak ada langkah konkret, wilayah seperti Kuratua bisa tenggelam,” pungkas Samir.
Reporter : Andri