Masalah Gagal Panen Teratasi, Air Irigasi Kembali Mengalir ke Sawah Petani Uepai

waktu baca 3 menit

Deliksultra.com, Konawe – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) untuk menyelesaikan polemik antara Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari dan kelompok tani di Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), terkait persoalan distribusi air irigasi yang sempat mengancam gagal tanam.

RDP tersebut melibatkan berbagai pihak, antara lain pimpinan dan Komisi II DPRD Konawe, Polres Konawe, SKPD TPOP Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Sultra, Kantor BWS IV Kendari, Dinas Pekerjaan Umum Konawe, serta Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Dinas Ketahanan Pangan Konawe, Camat Uepai, kepala desa Ameroro dan Humboto, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Ameroro, serta Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Konawe Bersatu.

Ketua DPRD Konawe, I Made Asmaya, menyatakan pihaknya telah menerima keluhan para petani terkait kurangnya suplai air ke lahan pertanian, yang sempat mengancam sekitar 143 hektare sawah. Dari total tersebut, 135 hektare telah berhasil dialiri air, sementara 8 hektare masih dalam proses, dengan 3 hektare di antaranya terkendala elevasi lahan yang lebih tinggi.

Sebagai tindak lanjut, DPRD Konawe telah melakukan dua langkah konkret. Pertama, melakukan peninjauan langsung ke lokasi irigasi Bendungan Ameroro pada Kamis (10/4/2025). Dalam peninjauan tersebut, ditemukan kerusakan pada saluran sekunder dan tersier, serta endapan lumpur dan sedimen yang menghambat aliran air.

“Kami sudah instruksikan kepada pihak BWS untuk segera melakukan perbaikan menyeluruh serta evaluasi terhadap kondisi jaringan irigasi,” ujar I Made Asmaya, Sabtu (12/4).

Langkah kedua adalah menggelar RDP pada Jumat (11/4) untuk mempertemukan seluruh pihak terkait guna mencari solusi bersama. Dalam forum itu, disepakati bahwa bangunan ukur ambang lebar yang dibangun BWS di Bendungan Ameroro tidak menjadi penyebab hambatan aliran air, melainkan berfungsi sebagai pengatur debit air agar kebutuhan petani tetap terpenuhi.

Berdasarkan data teknis, kebutuhan air untuk 203 hektare lahan sawah di wilayah tersebut seharusnya sebesar 253 liter per detik. Namun, suplai air yang disalurkan mencapai 391 liter per detik. Ketidakseimbangan distribusi terjadi akibat kerusakan pada jaringan irigasi tersier.

DPRD juga meminta Kepala BWS Sulawesi IV Kendari untuk mengevaluasi kinerja internal dan menginstruksikan TPOP meningkatkan kualitas pelayanan serta pemeliharaan jaringan irigasi.

“Tugas utama mereka adalah menjaga agar sistem irigasi tetap berfungsi optimal dan distribusi air berjalan lancar,” tegas I Made Asmaya.

Sementara itu, Kepala Satker Operasi dan Pemeliharaan (OP) BWS Sulawesi IV Kendari, Agus Karim Karim, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah cepat, salah satunya menurunkan ketinggian palang bangunan ukur dari 70 cm menjadi 50 cm. Kebijakan ini mempercepat aliran air ke sawah-sawah petani yang sebelumnya gagal tanam.

“Air kini telah mengalir ke lahan petani, dan mereka sudah memulai masa tanam. Penurunan palang ini bersifat sementara untuk memenuhi kebutuhan air yang mendesak,” jelas Agus.

Ia menambahkan bahwa perbaikan menyeluruh terhadap saluran sekunder dan tersier akan dilakukan setelah musim panen selesai, termasuk pembangunan box tersier untuk mengoptimalkan distribusi air ke seluruh lahan.

“Tujuannya agar ke depan tidak ada lagi gangguan distribusi air, dan petani bisa bertani dengan lancar,” pungkasnya.

Reporter : Andri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *