Optimalisasi Layanan Irigasi, Bendungan Ameroro Pastikan Distribusi Air Terukur dan Adil

waktu baca 3 menit

Deliksultra.com, Konawe – Bendungan Ameroro yang terletak di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), merupakan bendungan multifungsi (multi purpose dam) dengan kapasitas tampung normal sebesar 88,27 juta meter kubik.

Saat ini, volume air yang tersedia di waduk mencapai 79,46 juta meter kubik atau sekitar 90% dari kapasitas maksimal.

Dengan jumlah tampungan tersebut, Bendungan Ameroro mampu melayani kebutuhan air pada Daerah Irigasi (DI) Ameroro setiap musim tanam sepanjang tahun. Bendungan ini dirancang untuk mendukung pengairan lahan seluas 3.363 hektare, dengan luas lahan fungsional saat ini sebesar 1.798 hektare.

DI Ameroro merupakan daerah irigasi premium, di mana seluruh distribusi air ke petak-petak sawah harus terukur secara teknis. Untuk mendukung hal tersebut, pada tahun 2024, Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV telah membangun 18 bangunan ukur ambang lebar yang tersebar di beberapa titik saluran sekunder, seperti BAM 1 (Saluran Sekunder Mamiri), BM2 Kn, BM.3, BAM 5, dan BAM 8.

Bangunan ukur ini memiliki peran vital dalam sistem pengelolaan sumber daya air, bukan untuk menghambat aliran, melainkan untuk memastikan volume air yang dialirkan sesuai kebutuhan berdasarkan pola tanam yang telah direncanakan.

Keberadaan bangunan ini memungkinkan pengukuran volume air secara akurat, sehingga distribusi dapat dilakukan secara adil dan efisien ke seluruh kelompok tani.

Dengan luas lahan fungsional sebesar 1.798 hektare, kebutuhan air DI Ameroro tercatat sebesar 2.247,5 liter per detik. Saat ini, Bendungan Ameroro mengalirkan air sebesar 10,54 meter kubik per detik (10.540 liter per detik) untuk kebutuhan irigasi dan pemeliharaan aliran sungai.

Menanggapi isu yang beredar mengenai tidak terlayaninya beberapa petak sawah di jaringan layanan Saluran Sekunder Mamiri, Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan BWS Sulawesi IV Kendari, Hj. Hartina, ST, menjelaskan bahwa anggapan tersebut keliru.

Justru, bangunan ukur ambang lebar membantu mencegah kehilangan air akibat kebocoran, distribusi tidak efisien, atau pengambilan air secara tidak sah. Terbukti, di saluran sekunder lainnya yang juga dipasangi bangunan ukur seperti BM2 Kn, BM.3, BAM 5, dan BAM 8, distribusi air berjalan tanpa kendala.

Saluran Sekunder Mamiri sendiri melayani sekitar 203 hektare sawah, dengan kebutuhan air sebesar 253,75 liter per detik. Berdasarkan pengukuran lapangan, saluran tersebut saat ini mengalirkan air sebesar 259,8 liter per detik—lebih dari cukup untuk kebutuhan irigasi.

Ketidakmerataan layanan air pada beberapa petak sawah di ujung jaringan Mamiri disebabkan oleh maraknya penyadapan liar dan kurangnya pemeliharaan saluran tersier akibat sedimentasi dan tumpukan sampah.

Penelusuran menunjukkan adanya lebih dari 10 titik penyadapan liar yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti irigasi empang, sawah, bahkan kebutuhan rumah tangga. Penyadapan dilakukan dengan cara membobol dinding saluran dan memasang pipa berdiameter besar, yang berdampak langsung terhadap petani di wilayah hilir.

“Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh pihak agar tidak melakukan penyadapan liar. Selain merugikan petani lain, tindakan tersebut juga melanggar hukum dan dapat dikenai sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air,” tegas Hj. Hartina.

Dengan dukungan masyarakat dan pengelolaan yang tepat, Bendungan Ameroro diharapkan terus memberikan manfaat optimal bagi pertanian dan pengelolaan sumber daya air di Sulawesi Tenggara.

Reporter : Andri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *